Banjarmasin, Asosiasi Program Studi Pendidikan IPS Indonesia (APRIPSI) menggelar acara “Training On How To Write International Reputable Articles, Social Studies Education ULM” pada Senin, (30/01/2023). Acara ini dilaksanakan  oleh Prof. Dr. Bambang Subiyakto, M.Hum selaku ketua panitia di Aula Rektorat ULM Lantai 1. Berhadir dalam acara, Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Iwan Aflanie, dr., M.Kes., Sp.F., SH, Prof. Dr. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, BA, M.Pd yang juga merupakan ketua umum APRIPSI 2022-2027 sekaligus narasumber dalam acara ini, narasumber lain diantaranya Prof. datu CH, Dr Ismi Rajiani, M.M., Dosen serta mahasiswa di lingkungan prodi IPS.

Acara ini dirasa perlu untuk dibahas lebih dalam mengingat masih banyak penulisan artikel yang keliru. Diharapkan melalui acara ini metode dan teknik dalam pembuatan artikel/karya ilmiah serta penyebarluasan  yang baik dapat meningkat di lingkungan ULM khususnya Prodi IPS ULM. Saat ini, publikasi ilmiah terus digencarkan di perguruan tinggi guna meningkatkan kualitas institusi, mendorong produktivitas dosen, dan lain-lain. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pada dosen, tetapi mahasiswa juga dituntut untuk bisa mempublikasikan hasil karya ilmiahnya seperti skripsi, tesis atau disertasi dalam bentuk artikel jurnal sebagai salah satu syarat kelulusan. Oleh karena itu mahasiswa juga bisa mempunyai andil penting dalam penyebarluasan ilmu pengetahuan melalui penerbitan jurnal nasional maupun internasional yang sudah tersebar luas.

Wakil Rektor meyakini jika berkaca pada kondisi Indonesia pada saat ini, kalau Indonesia dikatakan maju dalam sisi riset nampaknya belum, Indonesia hanya memiliki dana riset sekitar 2 Milyar US$ dengan penduduk lebih dari 260 Juta, sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara Malaysia dengan penduduk 32 juta jiwa mereka memiliki dana riset sekitar 9,7 Miliar US$, selain itu Negara Korea Selatan yang juga memiliki dana riset 31 Miliar US$ yang hanya memiliki 51 Juta jiwa. Dilihat dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi Indonesia terletak dari sisi keberpihakan kita terhadap riset yang masih kurang, bahkan menurun karena faktor dukungan yang tidak sama dengan negara-negara lainnya. Tentunya ini menjadi tantangan untuk Indonesia terutama ULM  untuk terus giat mencari pendanaan untuk riset yang akan dilakukan. “Kita tidak bisa hanya berharap dari dana riset yang bersumber dari pemerintah, tapi juga harus mengumpulkan dana riset dari perusahaan, brand luar negeri atau yang lainnya” Ucap Wakil Rektor.

Dr. Iwan juga mengucapkan rasa bangganya terhadap Prodi IPS ULM yang merupakan salah satu Prodi dengan kemajuan yang pesat. Riset yang dikeluarkan oleh Prodi IPS cukup banyak. Selain itu, beberapa dosen juga masuk dalam 100 ilmuwan terkemuka di Indonesia yang mana hal ini  merupakan indikator riset, dan patut di apresiasi.